Oleh Angga Aminudin (Kabid Humas Aqsa Working Group)
DALAM beberapa tahun terakhir ini, masyarakat Indonesia jika membahas mengenai penjajahan Palestina oleh Israel memunculkan banyak pendapat dan argumentasi. Dari mulai sikap pro terhadap Palestina sampai ada yang pro terhadap Israel. Salah satu yang memengaruhi sikap beragam itu disebabkan oleh asupan informasi yang diterima oleh masyarakat. Pihak yang sangat berperan dalam penyebaran informasi di sini tentu saja media massa. Apalagi peran penyebar informasi sudah makin disaingi oleh media baru dalam bentuk media sosial.
Menyadari hal ini, kita perlu mengingat kembali bagaimana para jurnalis seluruh dunia sebenarnya pernah beberapa kali mengadakan pertemuan untuk membahas bagaimana peran media massa dalam pemberitaan Palestina. Salah satunya pada akhir tahun 2018, diselenggarakan “Konferensi Media Dunia” membahas isu Palestina di Istanbul, Turki. Sebuah konferensi besar yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang Palestina. Forum ini diselenggarakan oleh Forum Internasional Palestina untuk Media dan Komunikasi yang berbasis di Beirut. Konferensi ini menyatukan ratusan jurnalis,penulis dan akademisi dari sekitar 60 negara di seluruh dunia.
Salah satu narasumbernya, adalah pakar kajian zionisme, Dr. Azzam Al Tamimi. Dalam pemaparannya yang mengusung tema “Mengembangkan Wacana Media Global tentang Palestina,” beliau mengatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh media-media internasional terhadap isu Palestina harus diperbaiki dan diubah sehingga mampu membantu perjuangan Palestina.
Azzam al-Tamimi yang juga merupakan seorang aktivis dan peneliti Palestina, mengatakan permasalahan dari kekejaman gerakan Zionisme dan kekerasan yang terjadi di Palestina harus tetap diangkat dan terus dipantau oleh media massa setiap saat. Dia menambahkan bahwa wacana pro-Palestina tidak hanya menyoroti pentingnya menciptakan sebuah entitas politik Palestina belaka atau negara Palestina, tetapi asal masalah yang mengakibatkan rezim etnis Zionis. Retorika ini harus digunakan untuk melawan gerakan internasional melawan gerakan Zionis seperti melawan gerakan rezim Apartheid di Afrika Selatan.
Narasumber lainnya adalah Wakil Direktur Jenderal Kantor Berita Turki Anadolu Agency Metin Mutanoglu. Dia mengatakan, apa yang terjadi di Palestina akan selalu muncul di media Turki. “Sebagai orang Turki, dari berita yang disajikan kami merasakan peluru-peluru Israel mengenai rumah kami ketika tentara Zionis menembakkannya ke warga Palestina di Gaza,” pungkasnya seperti dikutip dari kantor berita Anadolu Agency.
Dia pun memastikan apa yang terjadi di Palestina memiliki efek secara langsung di negaranya. Menanggapi reaksi masyarakat internasional terhadap penderitaan Palestina, Mutanoglu berkata: “Orang-orang Palestina telah menderita selama lebih dari enam dekade, tetapi masyarakat internasional tidak peduli, karena mereka lebih suka menjaga kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan bantuan untuk orang-orang Palestina”. Untuk meningkatkan retorika internasional mengenai perjuangan Palestina, ia mendesak: “Kita seharusnya tidak hanya menulis cerita tentang orang-orang Palestina sebagai orang yang tertindas, tetapi kita harus mencerminkan perjuangan Palestina dengan orang-orang yang memiliki budaya yang kaya, memiliki sejarah yang panjang dan memiliki harapan yang tinggi untuk merdeka.”
Ada juga orang Palestina yang bernama Farid Abu Dheir, Profesor kajian media di Universitas Al-Najah Tepi Barat. Ia berpendapat bahwa masalah terbesar yang dihadapi Palestina adalah para musuh Palestina tersebut berinvestasi di sejumlah media dengan tujuan agar menciptakan jaringan media internasional yang mendukung narasi media tersebut. “Kami telah menderita terhadap hegemoni media mereka selama beberapa dekade, tetapi saat ini kami hidup di era media sosial, dan kami masih belum dapat mengalahkan narasi Israel dan sekutu-sekutunya,” tukasnya.
Sementara itu, salah satu wartawan Indonesia Nour Hassan dari Republika mengatakan setiap serangan Israel terhadap Palestina selalu menjadi berita utama di media-media Indonesia. “Karena berita-berita pro-Palestina yang dibaca atau ditonton, kami melihat ribuan orang melakukan aksi demonstrasi pro-Palestina di Jakarta.”
Pertemuan seperti itu menjadi penting karena mengumpulkan berbagai lembaga dan individu guna bekerja sama bagi pembelaan dan perjuangan Palestina melalui Media. Membuka cakrawala luas untuk dialog mengenai berbagai isu media berhubungan dengan perjuangan Palestina. Di Indonesia sendiri, kantor berita Islam Minanews pernah menyelenggarakan “Konferensi Media Islam Internasional” di tahun 2016.
Wallahu a’lam bishawab