Opini

Fenomena Masyarakat Barat Dukung Palestina

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur (Pembina Utama Aqsa Working Group)

ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS an-Nisa [4]: 1).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah, dalam kitab tafsirnya menjelaskan ayat di atas, bahwa umat manusia itu berasal dari satu keturunan, yaitu dari Nabi Adam Alaihi Salam dan Ibunda Hawa. Lalu dari beliau berdua, Allah Ta’ala memperkembangbiakkan menjadi banyak.

Anak keturunan Nabi Adam Alaihi Salam dan Ibunda Hawa yang banyak itu kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, dengan beragam sifat, bahasa, warna kulit, dan lainnya.

Ayat di atas juga mengandung perintah bahwa sebagai makhluk sosial, sesama manusia hendaknya saling membantu, menolong, saling berkomunikasi dan menjaga hubungan antarsesama manusia. Keterikatan hubungan antarsesama manusia itulah, di dalam Islam, diikat dengan tali ukhuwah insaniyah (bersaudara dalam kemanusiaan).

Dengan ukhuwah insaniyah itu, jangan sampai umat manusia memutuskan hubungan karena kebencian dan kedengkian di antara mereka. Jika umat manusia memutuskan hubungan interpersonal dan sosial, maka yang akan terjadi adalah kerusakan di muka bumi, berupa permusuhan, peperangan, dan pertumpahan darah di antara mereka.

Maka, di akhir ayat, Allah Ta’ala memberi peringatan bahwa Dia Maha Mengawasi perbuatan manusia, dan akan membalas semua amal mereka dengan adil.

Bagi yang beriman dan berbuat baik akan dibalas dengan surga. Bagi yang kafir dan berbuat kerusakan di muka bumi, maka akan dibalas dengan siksa neraka.

Aksi Demo di Sejumlah Kampus di AS

Dalam konteks ukhuwah insaniyah itu, beberapa pekan terakhir sejumlah media mainstream memberitakan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa di beberapa kampus di Amerika Serikat (AS).

Mereka melakukan aksi tersebut untuk mendukung rakyat Palestina yang saat ini sedang menghadapi genosida yang dilakukan tentara Zionis Israel.

Tuntutan mereka sama, yakni hentikan genosida di Gaza, segera berlakukan gencatan senjata permanen, dan hentikan pendanaan kepada Zionis Israel yang telah melakukan aksi genosida.

Aksi demo berawal dari Columbia, Yale, dan New York University yang kemudian terjadi aksi penangkapan sekitar 100 mahasiswa oleh aparat setempat. Namun hal itu justru memicu aksi lebih besar, bahkan menyebar ke kampus-kampus lainnya, seperti Ohio State University, Standford University, University of California, Berkeley University, Harvard University, dan masih banyak lagi.

Banyak dari mahasiswa yang melakukan aksi demo tersebut bukan dari kalangan umat Islam. Bahkan beberapa dari mahasiswa peserta aksi yang berdarah Yahudi, tetapi mereka menyatakan tidak setuju dan menentang Zionisme dan penjajahan di tanah Palestina.

Ben-Menachem adalah salah satu dari banyak mahasiswa Yahudi yang bergabung dalam protes di Columbia University. Ia mersama rekan-rekannya menyerukan agar institusi (kampus) mereka memutuskan hubungan dengan lembaga dan perusahaan yang terkait dengan Israel karena telah mendukung aksi genosida yang mereka lakukan di Gaza.

Sarah, seorang mahasiswa –yang hanya meminta nama depannya saja untuk dipublikasikan– termasuk di antara mereka yang ditangkap petugas dalam aksi demo di kampusnya. Sarah ditahan oleh Departemen Kepolisian New York (NYPD) selama delapan jam. Ia juga diskors oleh pihak kampus. Namun Sarah mengambil risiko itu demi menyuarakan perjuangan Palestina.

Sarah berpendapat, selama ini rakyat Palestina kehilangan suaranya di mata dunia. Maka, dia mewakili rakyat Palestina menyuarakan keadilan, kebebasan, dan penegakan hak asasi manusia kepada masyarakat internasional, termasuk kepada para pemimpin negaranya, yaitu AS.

Kebehasilan Perjuangan Palestina, Gagalnya Kampanye Zionis Israel

Fenomena di atas menunjukkan bahwa dalam urusan kemanusiaan, siapa pun yang memiliki hati nurani –terlepas apakah mereka Muslim atau bukan– pasti akan menyuarakan hal itu.Dalam urusan kemanusiaan, semua manusia memiliki rasa solidaritas untuk saling menolong, sebagaimana ayat pertama dalam surah an-Nisa ayat pertama di atas.

Aksi tersebut menjadi bukti maraknya dukungan masyarakat Barat (Eropa dan Amerika) terhadap bangsa Palestina yang merupakan bukti keberhasilan perjuangan mereka, sekaligus menjadi tanda kegagalan kampanye Zionis Israel.

Selama berpuluh-puluh tahun, Zionis Israel yang menguasai media-media mainstream menarasikan seolah-olah mereka adalah pahlawan dan negara yang harus didukung karena di bawah ancaman negara-negara Arab.

Namun, narasi itu seolah menjadi basi, seiring dengan agresi dan aksi genosida yang mereka lakukan di Gaza dan serangkaian aksi penindasan lainnya di Tepi Barat.

Masyarakat internasional semakin sadar tentang kepalsuan dan kemunafikan Zionis Israel dan para pendukungnya. Merekalah sebenarnya yang mengacaukan dunia, pelaku aksi genosida, dan perampas hak-hak bangsa Palestina, meskipun mereka mengaku sebagai kampiun demokrasi dan penegak hak asasi manusia (HAM). Informasi kebiadaban Zionis Israel terhadap bangsa Palestina tidak bisa lagi mereka tutup-tutupi seiring dengan meluasnya teknologi informasi, terutama media sosial.

Saat ini, hampir semua manusia di bumi bisa dengan mudah mengakses media sosial, termasuk informasi tentang kondisi yang sebenarnya terjadi di Palestina.

Aksi para mahasiswa itu juga menunjukkan bahwa masalah Palestina bukan sekadar persoalan agama. Tetapi hal itu adalah urusan kemanusiaan. Zionis Israel secara nyata melakukan aksi genosida di Gaza, menindasan dan penjajahan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat dan lainnya. Genosida, penjajahan, dan penindasan adalah urusan kemanusiaan.

Maka, sebagaimana tuntutan para mahasiswa dalam aksinya, penjajahan Zionis Isarel harus diakhiri. Aksi genosida harus segera dihentikan dan bangsa Palestina harus mendapatkan kebebasan, kedaulatan, dan kemerdekaan seperti bangsa-bangsa lain di dunia.

Masyarakat ingin melihat dunia kembali damai dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip HAM dan keadilan. Rasanya hal itu akan terwujud apabila Zionis Israel dan pendukungnya tidak lagi memiliki hegemoni dan berkuasa di kancah internasional.

Veto AS tidak surutkan dukungan kepada PalestinaAS berkali-kali melakukan veto terhadap draf resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai rancangan gencatan senjata di Gaza.

Terbaru, pada 18 Maret 2024 lalu, negara itu memveto DK PBB yang hendak mengesahkan keanggotaan penuh Palestina di lembaga tertinggi internasional tersebut.

Namun, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, veto AS tidak akan menghentikan dukungan internasional terhadap perjuangan rakyat Palestina dan upaya mewujudkan perdamaian di kawasan Timur Tengah (Palestina).

Indonesia bersama negara-negara lain yang menjunjung tinggi HAM, demokrasi, dan kemanusiaan akan terus berupaya mendukung perjuangan Palestina. Retno menjelaskan, semua diplomat Indonesia yang menjalankan tugasnya akan terus berjuang dalam mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB.

Dukungan serupa juga datang dari negara-negara besar lainnya seperti Rusia, Cina, Prancis, Jepang, Korea Selatan, Ekuador, Aljazair, Malta, Slovenia, Sierra Leon, Mozambik, dan Guyana. Sedangkan Inggris dan Swiss memilih abstain.

Dengan konsistensi dan tekad yang kuat untuk menegakkan keadilan dan mewujudkan perdamaian, ditambah dengan kuatnya dukungan masyarakat internasional, pemerintah dan masyarakat Indonesia berkeyakinan, perjuangan rakyat Palestina pasti akan mencapai keberhasilan, yakni terbebasnya mereka dari penjajahan Zionis Israel, pengakuan internasional dan kemerdekaan yang nyata.

Selanjutnya, umat Islam hendaknya bersatu dalam perjuangan ini. Umat Islam yang tersebar dari Maroko (Afrika Barat) hingga Indonesia (Asia Tenggara) sebenarnya memiliki potensi dan kekuatan besar dan mampu menghentikan hegemoni Zionis Israel jika kita semua bersatu padu.

Persatuan akan mendatangkan kekuatan dan pertolongan Allah Ta’ala. Sebaliknya, perpecahan akan menyebabkan melemahnya kekuatan dan siksa-Nya. Wallahu a’lam.***

[Artikel ini telah tayang di Republika.id]