JAKARTA – Dengan tekad yang tak pernah padam membela Palestina dan Masjid Al-Aqsa, Aqsa Working Group (AWG) menyambut kepulangan dua delegasi Indonesia dalam Global Sumud Flotilla (GSF) 2025, yaitu relawan AWG Muhammad Fatur Rohman dan aktivis publik Wanda Hamidah. Keduanya tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu sore pukul 17.35 WIB (4/10), setelah menjalani perjalanan panjang penuh dinamika dalam misi kemanusiaan itu.
Dinamika Perjalanan Global Sumud Flotilla
Country Director AWG, Rifa Berliana Arifin, menjelaskan bahwa sejak awal AWG mendapat mandat langsung dari Sumud Nusantara yang dikoordinatori Nadir Al-Nuri (Cinta Gaza Malaysia), untuk turut serta dalam GSF 2025.
“Kami bahkan sempat diminta menyediakan satu kapal penuh, namun dengan keterbatasan kami menyatakan belum mampu. Sebagai gantinya, kami menyiapkan personel sebanyak mungkin,” ungkap Rifa.
Atas keputusan presidium, AWG mengirimkan empat delegasi resmi: Nurhadis, Farid Zanjabil Al-Ayubi, Muhammad Fatur Rohman, dan Yusuf Arifin Luqman. Setibanya di Tunisia, diketahui ada sekitar 60 delegasi Indonesia tergabung dalam Indonesian Global Peace Convoy (IGPC), dengan 30 di antaranya masuk daftar berlayar.
Pelayaran GSF berangkat dari empat titik: Barcelona (Spanyol), Italia, Tunisia, dan Yunani. Delegasi Indonesia berangkat dari Tunisia karena keterbatasan visa on arrival Eropa.
“Akan tetapi, qadarullah, panitia lokal Tunisia belum siap. Kapal-kapal yang sebelumnya dijanjikan layak ternyata tidak memenuhi standar pelayaran Mediterania. Situasi ini memaksa pengurangan peserta, dan kuota AWG hanya tersisa untuk dua orang, yakni Farid dan Fatur,” jelas Rifa.
Rifa menjelaskan bahwa AWG sejak awal berkomitmen pada garis komando resmi GSF di Asia di bawah Sumud Nusantara. Bahkan ketika IGPC menarik diri dari GSF, AWG tetap tunduk pada koordinasi Nadir.
“Kami memahami dinamika yang terjadi dengan IGPC, tetapi keputusan kami jelas: tetap ikut komando Sumud Nusantara. Inilah bentuk disiplin organisasi dan komitmen perjuangan kami,” tegas Rifa.
Perjuangan Fatur Menuju Laut Mediterania
Dalam perjalanannya dari Tunisia, Muhammad Fatur Rohman sempat ditempatkan di kapal Observer. Namun pada menit terakhir kapten mengurangi penumpang, sehingga Fatur dipindahkan ke kapal Kamr, sebuah sailing boat kecil berisi enam orang dari Indonesia, Mauritania, Aljazair, dan Tunisia. Sementara itu, kapal lain seperti Kaiser (ditumpangi Wanda Hamidah), Observer, dan Nusantara mengalami kerusakan saat tiba di Italia.
Total ada tujuh kapal yang tidak bisa melanjutkan perjalanan, sementara lebih dari 40 kapal berhasil mencapai perairan Kreeta, Yunani, bersiap memasuki zona kuning. Peserta yang tertinggal di Italia berupaya mengejar, namun akhirnya memutuskan kembali ke negara masing-masing, termasuk delegasi Indonesia.
“Kami sempat berharap Fatur dan Mbak Wanda bisa ikut gelombang berikutnya melalui inisiatif FFC atau #thousandmadleens. Namun setelah dihitung secara realistis, peluang itu tertutup. Maka diputuskan delegasi kembali ke tanah air,” ujar Rifa.
Komitmen AWG untuk Palestina
Meski tidak berhasil menembus blokade Gaza, AWG menegaskan bahwa perjuangan tidak berakhir di sini.
“Sampai sebelum kepulangan, AWG terus melaporkan kondisi terakhir para aktivis yang sudah masuk zona merah. Kita tahu bersama, ratusan aktivis telah diculik Zionis Israel, dan sebagian besar masih belum jelas keberadaannya. Perjuangan ini akan terus kami dukung dengan segala cara,” kata Rifa menegaskan.
Dalam suasana haru penyambutan, AWG menekankan bahwa misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla adalah bukti nyata bahwa bangsa Indonesia tidak akan pernah berhenti bersuara dan bergerak untuk membela Palestina. Kepulangan Fatur Rohman dan Wanda Hamidah menjadi simbol bahwa perjalanan ini mungkin tertunda, tetapi perjuangan pembebasan Al-Aqsa tidak akan pernah padam.
Pernyatan Ketua Presidium AWG Muhammad Anshorullah
“Hari ini kita menyambut pulang ke tanah air, Wanda Hamidah dan Fatur Rohman. Mereka berdua adalah pejuang kemanusiaan yang mewakili kita semua menyuarakan hati nurani, menunaikan amanat agama dan konstitusi. Kita menyaksikan bagaimana perjuangan mereka untuk bisa bergabung dalam konvoi armada flotilla menembus blokade Gaza.
Jika pada akhirnya mereka tidak sampai ke Gaza, itu sama sekali tidak mengurangi nilainya sebagai pembela Palestina dan masjid Al Aqsa. Insya Allah mereka sudah membuktikan semuanya, dicatat dalam sejarah pembelaan bangsa Indonesia kepada bangsa Palestina. Dan mereka telah menjadi inspirasi bagi anak-anak muda Indonesia untuk teguh, sumud melawan imperialisme Zionis Israel dan membela Al Aqsa dan Palestina.
Insya Allah perjuangan mereka berdua dicatat sebagai jihad fi sabilillah, membela kaum yang tertindas. Aqsa Working Group bersyukur dan bangga, Wanda dan Fatur berhasil melaksanakan tugasnya dg izin Allah Ta’ala.”






