Jakarta, 23 September 2022 – Aqsa Working Group (AWG) melakukan kunjungan silaturahim bersama organisasi Islam Muhammadiyah dalam rangka audiensi membahas penolakan kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia.
AWG mengajak Muhammadiyah turut mengampanyekan penolakan terhadap Timnas Israel ini. Seperti diketahui, bahwa Muhammadiyah kerap kali menunjukkan pembelaannya pada Palestina terutama dalam bidang pendidikan. Terbaru, pada Juli 2022 Muhammadiyah kembali memberikan beasiswa kepada warga Palestina untuk melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
“Kami ingin Muhammadiyah terlibat juga dengan penolakan ini, dengan semangat Muhammadiyah yang juga membela perjuangan Palestina. Seperti selalu memberikan beasiswa kepada Palestina untuk kuliah. Kami menyadari bahwa keberhasilan ini tidak bisa sendiri harus bersama-sama dengan yang lain,” kata Ketua Presidium AWG, M Anshorullah.
Dalam pertemuan yang berlangsung di gedung Dakwah Pusat Muhammadiyah Jakarta, Anshorullah menyampaikan, perjuangan Palestina dan Masjid Al Aqsa adalah tanggung jawab seluruh umat Islam di dunia. Apalagi UUD 1945 telah menuliskan bahwa penjajahan dalam bentuk apa pun harus dihapuskan. Ia berharap, pemerintah tetap menjalankan amanat konstitusi ini.
Selanjutnya, Ketua Presideum Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) –lembaga sosial di bidang medis–, Sarbini Abdul Murad mengatakan, “Muhammadiyah yang sedemikian besar ini bisa merangkul organisasi lain untuk menggalang penolakan ini (Timnas Israel).”
Sepak bola tentu memiliki banyak peminat termasuk di Indonesia. Tetapi, kata Sarbini, demi mempertahankan harga diri bangsa dan loyalitas pada pembelaan Palestina, maka penolakan ini perlu dilakukan.
AWG sebagai lembaga yang konsen pada pembelaan Palestina dan Masjid Al Aqsa, merasa perlu menyuarakan penolakan kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia. Respon ini bermula ketika Menpora RI mengatakan Indonesia sebagai tuan rumah akan menerima negara mana pun yang lolos di Piala Dunia U-20 2023. Hal itu disampaikan Kabid Humas AWG, Angga Aminuddin.
Sementara itu, Pengurus Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga PP Muhammadiyah, Ma’ruf El Rumi menyatakan, sikap AWG dalam menggalang aksi penolakan ini memang perlu dilakukan. Meskipun keputusan Indonesia sebagai tuan rumah oleh FIFA sudah final sehingga cukup sulit untuk memindahkan lokasi pertandingan. Apalagi kompetisi sepak bola ini bukan hanya Indonesia saja tapi banyak negara lain yang terlibat.
“Apa yang dilakukan AWG ini saya rasa memang harus dilakukan di antara banyak orang yang diam dan terlena. Ini menurut saya sudah terlanjur basah. Ini isu lama dan tetap harus ada yang mengingatkan, tapi di satu sisi bahwa ini bukan kaitannya dengan Indonesia saja, tapi banyak negara dan FIFA pun punya aturan sendiri yang bahkan tidak terjamah oleh negara lain,” ujar komentator sepak bola Indonesia itu.
Namun, lanjut Ma’ruf, apabila penolakan ini tidak berhasil dan Israel tetap bisa bermain di Indonesia, bukan berarti perjuangan pembelaan Palestina telah usai. Ia meminta agar AWG menggunakan event ini untuk menyuarakan ketidakadilan dan tetap melakukan aksi protes atas kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia. Sehingga aksi tersebut bisa langsung diliput oleh media internasional.
“Jika tidak bisa ditolak, perjuangan belum tentu selesai. Maka kita ‘tunggangi’ event ini sebagai kampanye menyuarakan penolakan Timnas Israel agar secara internasional tahu bahwa ada ketidakadilan. Kita menyuarakan langsung di depan media internasional,” ujarnya.
Akan tetapi, keputusan Muhammadiyah untuk mendukung atau tidaknya aksi penolakan tersebut, akan ditentukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hasil dari pertemuan pada siang hari ini akan dibawa ke pimpinan.
Indonesia dan Palestina memiliki kedekatan layaknya saudara kandung. Berbagai wujud pembelaan Palestina memang kerap dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Pemerintah pun menunjukkan wujud pembelaan itu, di antaranya dengan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan menyuarakan perjuangan Palestina di forum-forum internasional.
Dilihat dari sisi historikal, Indonesia pernah secara tegas menolak bertanding melawan Timnas Israel pada Piala Dunia 1958. Hal itu dilakukan oleh Presiden Pertama RI, Soekarno. Selain itu, Bung Karno juga menolak kehadiran kontingen Israel pada olimpiade Asean Games tahun 1962 di Indonesia. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Tim Tenis Indonesia menolak berhadapan dengan Israel di Piala Federasi tahun 2006. Akibat penolakan itu, Indonesia pun tersingkir dan dikenai denda plus sanksi oleh ITF; tidak boleh bermain selama satu tahun.
Oleh karena itu, AWG kembali mendesak pemerintah dan seluruh pihak berwenang untuk kembali menunjukkan taringnya, secara tegas menolak kehadiran Timnas U-20 Israel ke Indonesia. AWG menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk tetap berdiri menentang segala bentuk penjajahan, salah satunya dengan mendukung penolakan kehadiran Israel di Tanah Air Indonesia.