Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG), Nur Ikhwan Abadi menyatakan bahwa saat ini Gaza sedang memanen pahala jihad dan syahid di tengah genosida penjajah Israel yang masih terus berlangsung lebih dari setahun di wilayah Palestina yang terblokade itu.
Hal itu ia sampaikan dalam kegiatan Daurah Baitul Maqdis bertajuk “Negeri Para Nabi Memanggil Kita, Jalur Gaza Membuka Mata Dunia” di aula Radio Silaturahim 729 AM, Cibubur, Bekasi pada Ahad (3/11).
“Saat ini, orang-orang Gaza sedang panen jihad, panen menjadi syuhada. Jika di Gaza ada keluarga yang anaknya syahd, tetangga-tetangganya datang ke rumahnya dan mengucapkan selamat bukan belasungkawa,” kata Nur Ikhwan.
Dia menggambarkan keteguhan rakyat Gaza dalam mempertahankan Tanah Air mereka dan memperjuangkan Masjid Al-Aqsa.
Diketahui, Nur Ikhwan pernah menetap di Gaza selama kurang lebih empat tahun dalam misi kemanusiaan membangun Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza Utara.
Pada Daurah tersebut, ia juga membagikan pengalamannya saat bertugas di Gaza sebagai site manager pembangunan RSI tersebut.
Sebelum berangkat ke Gaza, Nur Ikhwan mengaku terkendala bahasa. Namun, saat tiba di sana, para relawan termasuk dirinya mendapatkan pelatihan bahasa Arab secara gratis dari Universitas Islam Gaza.
“Pesan yang kami ingat dari pimpinan kami (sebelum berangkat ke Gaza) bahwa dalam jihad, jika sudah diamanatkan, maka jalani saja. Jangan banyak tanya, jangan banyak alasan, soal ilmu nanti Allah yang kasih, Allah yang bantu. Alhamdulillah sampai di Gaza, kami dikasih kursus bahasa Arab gratis dari Universitas Islam Gaza,” tuturnya.
Nur Ikhwan menjelaskan, posisi Palestina berada di jantung dunia sehingga sejak dulu, orang-orang berebutan untuk menguasai Palestina.
“Posisi Palestina berada di tengah-tengah peta dunia, maka disebut jantungnya dunia. Sejarah membuktikan bahwa siapa yang menguasai Palestina akan menguasai dunia. Maka sejak dulu, orang-orang berebutan untuk menguasai Palestina. Posisi Palestina sangat strategis,” jelasnya, sembari menunjukkan peta dunia.
Lebih lanjut, dia membeberkan alasan terjadinya serangan perlawanan 7 Oktober 2023 atau yang disebut sebagai Taufan Al-Aqsa, salah satunya yaitu Rancangan Undang-Undang (RUU) Pembagian Masjid Al-Aqsa yang disusun oleh penjajah Israel dan dijadwalkan akan disahkan pada akhir tahun 2023.
Bahkan, kata Nur Ikhwan, dua hari sebelum 7 Oktober, penjajah Israel melaksanakan ritual pemotongan sapi merah sebagai bentuk perayaan atas terbitnya RUU tersebut.
Kondisi kritis atas Masjid Al-Aqsa itu, menurutnya, telah disuarakan oleh Bangsa Palestina tetapi tak dihiraukan oleh negara-negara Arab. Sehingga para pejuang pasang badan dengan melancarkan Taufan Al-Aqsa.
“Zionis Israel memotong sapi merah pada 5 Oktober 2023 untuk merayakan keberhasilan RUU Pembagian Masjid Al-Aqsa yang rencananya akan disahkan oleh penjajah Israel. Sehingga para pejuang pasang badan, karena teriakan mereka kepada negara-negara Arab tidak didengar. Sehingga serangan 7 Oktober itu dilakukan,” ujarnya.
Kegiatan Daurah Baitul Maqdis tersebut merupakan awal dari rangkaian Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2024 yang menjadi agenda rutin tahunan Aqsa Working Group (AWG) setiap bulan November.
Pembukaan BSP 2024 dijadwalkan akan digelar di Aula Al-Hamra Intitut Tazkia, Sentul, Bogor pada Senin (4/11).**