Aksi & Pergerakan
Perdana di Indonesia! AWG Gelar Peringatan Pembebasan Pertama Baitul Maqdis oleh Khalifah Umar bin Khattab
BOGOR – Untuk pertama kalinya di Indonesia, peringatan Pembebasan Pertama Baitul Maqdis oleh Khalifah Umar bin Khattab diselenggarakan secara resmi pada Selasa (25/11).
Acara bersejarah ini digelar di Masjid At-Taqwa Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Kabupaten Bogor, sebagai bagian dari rangkaian Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2025 yang diprakarsai oleh Aqsa Working Group (AWG).
Kegiatan tersebut menghadirkan ilmuwan Palestina dan pakar Baitul Maqdis, Prof. Abdul Fattah El-Awaisi, sebagai pembicara utama.
Menurut Prof. El-Awaisi, Indonesia merupakan negara yang paling siap menghidupkan budaya Baitul Maqdis karena besarnya kecintaan masyarakat terhadap Palestina dan Masjidil Aqsa.
“Peringatan pertama di dunia ini adalah simbol bahwa umat Islam Indonesia siap mengikuti langkah Rasulullah dan para sahabat sebagai generasi pembebas Baitul Maqdis,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Prof. El-Awaisi menegaskan bahwa peringatan ini merupakan langkah penting untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan pembebasan Baitul Maqdis sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat.
Ia menjelaskan bahwa Khalifah Umar bin Khattab memasuki Baitul Maqdis pada 4 Jumadil Akhir tahun 16 Hijriyah, tidak dengan kebanggaan militer, tetapi dengan kerendahan hati sebagai bentuk penghormatan terhadap kota suci tersebut. Sikap ini bahkan tidak dilakukan Umar saat memasuki Irak, Mesir, atau Damaskus setelah ditaklukkan.
Prof. El-Awaisi turut mengisahkan momen haru ketika Umar meminta Bilal bin Rabah—yang tak pernah lagi mengumandangkan azan sejak wafatnya Rasulullah—untuk kembali mengumandangkan azan di Baitul Maqdis.
Umar berkata: “Bukankah Rasulullah telah merencanakan pembebasan masjid ini? Apakah engkau tidak ingin azan di tempat ini?” Bilal akhirnya memenuhi permintaan itu. Suara azannya menggema di kota suci, membuat para sahabat menangis mengenang Rasulullah.
Prof. El-Awaisi menegaskan bahwa pembebasan Baitul Maqdis bukan peristiwa spontan, melainkan bagian dari strategi perjuangan yang direncanakan Rasulullah sejak awal masa kerasulan. Karena itu, umat Islam masa kini perlu kembali mempelajari strategi tersebut untuk mengambil peran dalam pembebasan berikutnya.
Empat Pilar Budaya Baitul Maqdis
Dalam ceramahnya, ia menyampaikan empat pilar budaya Baitul Maqdis yang harus dihidupkan:
- Menggunakan istilah-istilah Islam autentik. Seperti Baitul Maqdis dan Ardul Muqaddasah, bukan istilah buatan penjajah.
- Menanamkan optimisme pembebasan. Umat Islam harus yakin dapat memasuki Masjidil Aqsa sebagaimana Umar memasukinya pada tahun 16 H.
- Membaca Surah Al-Isra’ sebelum tidur. Sebagai bentuk ikatan ruhani dengan Masjidil Aqsa dan niat mengikuti sunah.
- Menjadikan Masjidil Aqsa topik utama pembicaraan. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat menjadikannya isu utama dalam kehidupan di Madinah.
Tentang Bulan Solidaritas Palestina (BSP)
BSP adalah program tahunan AWG yang berlangsung sepanjang November sejak 2022, setelah sebelumnya digelar dalam bentuk Pekan Solidaritas Palestina pada 2021.
Bulan November dipilih karena sejumlah momentum bersejarah Palestina terjadi pada bulan ini: Deklarasi Balfour (2 November 1917), wafatnya Yasser Arafat (11 November 2004), Hari Kemerdekaan Palestina (15 November 1988), wafatnya Izzuddin Al-Qassam (20 November 1935), dan Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina (29 November 1947).
Tema BSP 2025 adalah “Bergerak Berjamaah Bangun Kembali Gaza Demi Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Kemerdekaan Palestina.”
Rangkaian BSP diisi dengan sejumlah kegiatan antara lain pengibaran bendera Indonesia-Palestina di gunung-gunung di Indonesia, Solidarity Run for Palestine, Apel 1.000 Relawan Kemanusiaan, pengibaran bendera Indonesia-Palestina di Sungai Kapuas dan Mahakam, Festival Baitul Maqdis, bedah buku, seminar, Daurah Baitul Maqdis, dan lainnya yang dilaksanakan selama sebulan penuh di hampir seluruh wilayah Indonesia.







