Oleh Angga Aminudin, S.Kom.I (Kabid Humas Aqsa Working Group)
Mendengar kata “Al-Aqsha”, Umat Islam yang beriman selalu merasakan keguncangan yang sangat. Fitnah perjuangannya menyeruak, mengalahkan teriakan pembelaannya. Apalagi mendengar kata “Palestina”, dada berdebar tidak tahu musibah apa lagi yang akan datang menimpa saudara seimannya itu. Pandangan manusia sedunia tertuju pada media-media bohong yang membuat kejahatan Zionis Israel menjadi pembelaan (kebenaran), dan menggelari perjuangan Hamas (rakyat Palestina) menjadi pemberontakan dan teroris. Namun suara kebenaran selalu muncul dari hati nurani masyarakat dunia yang menolak penindasan dan penjajahan.
Kita sedang hidup dalam salah satu siklus sejarah. Kita sebagai umat Islam hari ini sedang berada di titik jenuh keterpurukan, lalu akan terbit dari kegelisahan kondisi umat ini kepemimpinan yang didukung dengan tekanan dari segala lini, yang mengakibatkan Umat Islam ini bangun dari tidurnya dan bergerak menuju persatuan dan kemenangan. Musuh Islam takut dengan bangunnya kekuatan Umat Islam sedunia secara kolektif. Seperti dikatakan oleh tokoh Israel David Ben Gurion, “Kami tidak takut gerakan sosialis, kami tidak takut revolusi-revolusi, ataupun demokrasi di wilayah Arab ini, kita hanya takut umat Islam sebagai raksasa yang tidur lama bangun kembali dari tidurnya dan mulai gelisah.”
Umat Islam harus melihat Al-Aqsha sebagai simbol kemenangan. Beberapa tahun ini dalam setiap acara seminar atau konferensi tentang Palestina, beberapa tokoh atau Syaikh dari Gaza yang hadir datang sembari mengabarkan kondisi kekinian jalur Gaza dan Palestina secara umum (sebelum peristiwa ‘taufan Al-Aqsha”). Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pejuang Palestina Hamas sedang dalam kondisi siaga, mereka menyiapkan segala perlengkapan terbaik untuk perang menghadapi Israel.
Yang menarik adalah, dalam setiap kampanye Hamas dan parade pejuang kemerdekaan Palestina, mereka meneriakkan slogan ‘Wa’dul Akhirah”, atau ‘janji terakhir’. Pejuang Palestina menyuarakan sebuah slogan hebat yang bermakna tinggi, bahwasanya kemenangan Umat Islam atas Israel dan sekutunya semakin dekat, dan waktu-waktu kini adalah saat terbaik dalam merobohkan supremasi Israel di Timur Tengah, khususnya Palestina. Hingga akan datang suatu hari nanti, duri bernama Israel yang menancap di jantung dunia Islam akan tercabut, dan hilang selama-lamanya. Apalagi kini situasi kekalahan Israel semakin nyata dengan meningkatnya tekanan dunia internasional karena terlalu banyak kasus kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Israel.
Umat islam harus mengingat kembali bahwa slogan ‘Wa’dul Akhirah’ Hamas dan Iringan Kebangkitan Islam Itu bukan semata-mata hentakan yang akan membuat takut Israel. “Wa’dul Akhirah” adalah sesuatu yang bermakna dalam dan sesuai dengan keadaan dunia Islam hari ini, yang sedang merangkak “bangun dari tidur panjangnya, dan bersiap menguasai dunia”. Setidaknya itu yang dikatakan salah satu orientalis barat, Murad W. Hoffman.
Selaras dengan tren kebangkitan Islam ini, saat ini banyak bermunculan sebuah wacana umat Islam sedunia untuk melebur sekat-sekat geografi menjadi satu kesatuan Uni yang mengayomi dunia Islam secara keseluruhan. Belum lagi menalar logika dari hadist Nabi Muhammad ﷺ, disertai faktor-faktor bahwa dunia Islam akan bangkit, dan agenda terbesarnya adalah : Membebaskan Masjid Al-Aqsha! Hingga diyakini oleh sebagian umat Islam ungkapan nubuwat “Jika Khilafah Utsmani Runtuh 1924, Seratus Tahun Kemudian Adalah 2024”. Diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Daawud As-Sijistaaniy rahimahullah: dari Abu Hurairah –radhiyallaahu ‘anhu-, yang mana aku mengetahuinya dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat ini di setiap awal 100 tahun, seseorang yang akan memperbaharui agama ini.”
Kita telah banyak membaca sejarah, tentang naik turunnya peradaban Islam, dan terang benderangnya zaman kedaulatan Umat Islam. Termasuk tahun 1924, di tanggal 3 Maret, adalah sebuah momentum kejatuhan yang pilu, Khilafah Utsmaniyah secara resmi digulingkan, dihapus dari muka bumi dan diganti dengan Negara sekuler bertajuk ‘Republik Turki’ karangan Mustafa Kamal Pasha.
Mari menalar, jika kita mentadabburi hadist Nabi yang memuat siklus sejarah ini, lalu kita menarik garis waktu dari 1924 menuju seratus tahun berikutnya, maka kita dengan mudah akan sampai pada angka yang nyata: tahun 2024. Di tahun ini, kemungkinan yang akan terjadi adalah gelombang puncak kesadaran Umat Islam untuk bangkit dari tidur panjangnya, setelah seratus tahun sebelumnya menjadi korban imperialisme dan permainan perang. Dan tentunya, bentuk konkret kematangan Umat Islam sebagai sebuah peradaban akan terwujud dengan menjalankan agenda besar: Pembebasan Masjid Al-Aqsha! Allahu Akbar!
Wallahu a’lam bisshawab