Oleh Angga Aminudin (Kabid Humas Aqsa Working Group)
DI TENGAH gempuran dan kebiadaban Zionis Israel terhadap rakyat Palestina yang berada di Jalur Gaza, dunia membincangkan Palestina, publik membicarakan Hamas dan para pejuang Palestina, semua makin bersimpati dan peduli. Di mata seorang muslim, Palestina mendapatkan tempat yang khusus dan terhormat, karena beberapa alasan historis, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Fenomena yang harus kita sadari, ketika Gaza terus menerus diserang, gelombang demontrasi dukungan kepada Palestina tiada henti dan makin menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, gelombang itu bahkan sangat terasa juga di kota-kota kecil, di sekolah-sekolah dasar, majelis-majelis taklim, dan sebagainya. Selain pernyataan dukungan, mereka juga memobilisasi dana bantuan. Bahkan ada sebuah sekolah dasar yang tak seberapa besar, di daerah Jakarta, bisa menghimpun dana lebih dari 100 juta rupiah.
Seringkali kita menghimpun dana untuk membangun kembali Palestina yang hancur dibombardir Zionis Yahudi. Baru saja sebuah bangunan selasai didirikan, datanglah serangan Yahudi. Demikian seterusnya, tidak ada habis dan selesainya. Oleh karena itu, harus dipikirkan bagaimana umat Islam bersatu-padu melawan dan menghancurkan Zionis Yahudi, seperti mereka bersatu-padu membantu rakyat Palestina. Dua sayap dikepakkan bersamaan.
Yang menjadi masalah generasi muslim saat ini, Umat Islam sangat kurang memahami musuhnya. Bahkan namanya saja, masih dibingungkan. Masih banyak yang menyebut mereka sebagai Israel. Padahal sangat berbeda antara Yahudi dan Israel. Israel atau Bani Israil bermakna anak-cucu (keturunan) Nabi Yakqub as. Karena Israel bermakna “Hamba Allah SWT”, yang merupakan gelar Nabi Yakqub as. Orang-orang Yahudi sangat senang dengan sebutan ini. Sedangkan Yahudi adalah nama yang digunakan Allah SWT untuk menyebut mereka yang hidup setelah diutusnya Rasulullah ﷺ, dan tidak mau beriman dengan risalah yang dibawanya.
Al-Qur’an menceritakan kisah Yahudi dengan sangat detail dan panjang, yaitu ketika bercerita tentang mereka bersama Nabi Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Sehingga kisah mereka demikian panjang dan detail. Berbeda dengan kisah-kisah kaum yang lain. Ketika masa Nabi Muhammad ﷺ, beliau mulai berhadapan dengan mereka setelah hijrah ke Madinah. Saat itu ada beberapa suku Yahudi yang tinggal di sekitar Madinah, yaitu Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Khaibar. Hal tersebut juga diceritakan dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an juga terdapat surat yang dinamakan dengan nama mereka, surat Bani Israil. Ada juga surat yang dinamakan dengan salah satu kisah mereka, surat Al-Baqarah (kisah mereka diperintahkan untuk menyembelih sapi).
Seluruh kisah tersebut tersebar dalam surat-surat Al-Qur’an. Di samping ada surat-surat tertentu yang membahas mereka. Sehingga seorang muslim yang membaca Al-Qur’an satu juz, atau setengah juz, atau seperempat juz, setiap hari, dia pasti akan bertemu dengan salah satu kisah mereka. Ini mengisyaratkan bahwa setiap muslim harus mempelajari detail Yahudi secara intensif. Bahkan setiap hari, seperti disiratkan dengan wirid harian Al-Qur’an di atas.
Kisah mereka yang tertulis dari awal hingga akhir Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa permusuhan antara umat Islam dan Yahudi akan berlangsung hingga hari kiamat. Bahkan Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa berhentinya permusuhan tersebut dengan kemenangan umat Islam menandakan segera datangnya hari Kiamat. Dalam sebuah riwayat Rasulullah ﷺ bersabda: “Kiamat tidak akan datang sebelum kalian memerangi Yahudi. Hingga bebatuan pun akan berkata, ‘Wahai Muslim, di belakangku ada seorang Yahudi, kemarilah, bunuh dia.’” [HR. Bukhari].
Jadi, bisakah kita mengharapkan perdamaian dengan mereka?
Ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi jaman sekarang berbeda dengan mereka yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Orang-orang Yahudi menyadari diri mereka telah habis ditelanjangi dalam Al-Qur’an, sehingga mereka pun menyebarkan persepsi ini. Kalau Yahudi jaman Rasulullah ﷺ sama dengan Yahudi jaman Nabi Musa as yang berselisih waktu puluhan abad, maka Yahudi jaman sekarang pun akan tetap sama. Dalam sejarah modern pun, diketahui bahwa sifat-sifat mereka sangat dibenci oleh negara-negara tempat mereka berada, sehingga mereka pun misalnya dibantai dan diusir dari Eropa.
Walaupun mereka membenci seluruh bangsa yang berlainan ras, ada kebencian khusus mereka kepada umat Islam. Hal itu disebabkan sifat kedengkian mereka bahwa nabi terakhir yang mereka tunggu-tunggu ternyata tidak berasal dari garis keturunan mereka, Nabi Yakqub as., tapi berasal dari saudaranya yang berlainan ibu, Nabi Ismail as. Kedengkian ini tidak akan pernah sembuh karena semakin besar umat Islam, akan semakin dengki mereka kepada umat Islam.***
Wallahu ‘Alam Bishawwab