Gaza, 2 Jumadil Akhir 1436/22 Maret 2015 – Menteri Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Palestina pada pemerintahan PM Ismail Haniyah, Dr. Mohammed Ibrahim Al-Madhoun menyatakan, siap membantu dan memfasilitasi Konferensi Internasional Pembebasan Al-Aqsha yang akan digelar di Jalur Gaza pada waktu yang akan datang.
Pernyataan Al-Madhoun disampaikan saat menghadiri Kuliah Umum di Kampus Akademi Manajemen dan Politik Studi Pascasarjana di Gaza City, Sabtu (21/3) siang Waktu Gaza.
Kuliah Umum itu dihadiri mahasiswa-mahasiswa program Master (S2) dan Doktor (S3), yang terdiri dari para pejabat pemerintahan, media, bahkan juga dari perwira tinggi Kepolisian Palestina.
Pemimpin akademi tersebut mengatakan, tidak ada tema yang bisa menyatukan umat Muslim kecuali tema mengenai pembebasan Al-Aqsha Palestina, karena merupakan kiblat pertama umat Islam dan merupakan satu-satunya negeri Muslim di dunia ini yang masih terjajah.
Menurutnya, persatuan dan kesatuan umat Islam merupakan modal perlawanan dalam melawan Zionis Israel.
Dalam Kuliah Umum tersebut menghadirkan tiga pembicara yaitu Dr. Tayseer Mehasen (Dirjen Hubungan Internasional Kementerian Luar Negeri Palestina), Ir. Omar Jomah Shiyam (Manajer Aman Palestine Cabang Gaza), dan Ir. Nur Ikhwan Abadi (relawan lembaga kemanusiaan Indonesia Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C) cabang Gaza juga Kepala Koresponden MINA di Timur Tengah).
Lanjutan Konferensi Bandung
Nur Ikhwan Abadi yang didaulat menyampaikan pembahasan mengenai “Peran Indonesia untuk penguatan posisi internasional dalam persoalan Palestina,” mengatakan, konferensi Internasional Pembebasan Al-Aqsha dan Palestina di Gaza nanti merupakan tindak lanjut Konferensi serupa di Bandung pada 4-5 Juli 2012 lalu.
Konferensi Internasional untuk Pembebasan Al-Quds dan Palestina di Bandung 2012 lalu, dibuka Ketua DPR RI saat itu Marzuki Alie, dan dihadiri Imam Masjid Al-Aqsha Syekh ‘Aly Al-Abbasy, Dubes Palestina Fariz Mehdawi, Koordinator Global March to Jerusalem (GMJ) asal Yordania DR Ribhi Halloum, Direktur Middle East Monitor (MEMO) asal London DR Daud Abdullah, termasuk Al-Madhoun juga hadir serta sekitar 270 peserta dari unsur para tokoh pergerakan perjuangan Palestina dari Gaza, Malaysia, Sudan, Turki, dan tuan rumah Indonesia.
Konferensi Pembebasan Al-Quds dan Palestina di Bandung yang diprakarsai Aqsa Working Group (AWG) dan institusi terkait itu menghasilkan “Deklarasi Bandung untuk Pembebasan Al-Quds dan Kemerdekaan Palestina”.
Deklarasi itu berisi tujuh butir rekomendasi, empat di antaranya membuka Konsulat Pelayanan Diplomatik Indonesia di wilayah jalur Gaza Konsulat, advokasi hukum untuk rakyat Palestina terutama wanita dan anak-anak atas tindakan kriminal Israel, memprakarsai boikot terhadap produk-produk rezim Zionis Israel dan yang mendukungnya, serta melaksanakan konferensi tindak lanjut di Gaza Palestina.
Aqsa Working Group (AWG) merupakan lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk untuk mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin demi pembebasan Masjid Al-Aqsha. Lembaga yang kini tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa cabang di luar negeri itu dibentuk berdasarkan keputusan sidang akhir Al-Aqsha International Conference di Jakarta pada 21 Agustus 2008.
Sementara Tayseer Mehasen dalam kuliahnya menghimbau agar bangsa Arab dan Islam meningkatkan perannya terhadap permasalah Kota Al-Quds, karena hingga saat ini tidak ada perkembangan berarti dari negera-negara Muslim dalam upaya untuk pembebasan Masjid Al-Aqsha yang berada di kota suci tersebut.
(AWG/MINA)